Kelompok 4 :
1. Annisa
Eka Vitayani (01)
2. Dona
Arsita (05)
3. Kristianingsih (10)
4. Putri
Azizah (19)
5. Putri
Fadhillah (20)
6. Sinta
Defi (28)
Prof Dr Sapardi Djoko Damono
Orientasi :
·
Prof Dr Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai salah seorang
sastrawan yang memberi sumbangan besar kepada kebudayaan masyarakat modern di
Indonesia. Salah satu sumbangan terbesar Guru Besar Fakultas Sastra UI ini
adalah melanjutkan tradisi puisi lirik dan berupaya menghidupkan kembali sajak
empat seuntai atau kwatrin yang sudah muncul di jaman para pujangga baru
seperti Amir Hamzah dan Chairil Anwar.
·
Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah pada 20 Maret 1940 ini, mengaku
tak pernah berencana menjadi penyair, karena dia berkenalan dengan puisi secara
tidak disengaja. Sejak masih belia putra Sadyoko dan Sapariyah itu, sering
membenamkan diri dalam tulisan-tulisannya. Bahkan, ia pernah menulis sebanyak
delapan belas sajak hanya dalam satu malam. Kegemarannya pada sastra, sudah
mulai tampak sejak ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Kemudian,
ketika duduk di SMA, ia memilih jurusan sastra dan kemudian melanjutkan
pendidikan di UGM, fakultas sastra.
Peristiwa Penting :
Setelah lulus SMA, Sapardi melanjutkan
pendidikan di jurusan Sastra Barat FS&K di Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Setelah lulus kuliah, selain menjadi penyair ia juga melaksanakan
cita-cita lamanya untuk menjadi dosen. Ia meraih gelar sarjana sastra tahun
1964. Kemudian Sapardi memperdalam
pengetahuan di Universitas Hawaii, Honolulu, Amerika Serikat (1970-1971) dan
meraih gelar Doktor dari Universitas Indonesia (1989). Setelah
itu, Sapardi mengajar di IKIP Malang cabang Madiun selama empat tahun. Kemudian
dilanjutkan di Universitas Diponegoro , Semarang, juga selama empat tahun.
Sejak tahun 1974, Sapardi mengajar di FS UI. Beberapa karyanya yang sudah ada
di tengah masyarakat antara lain DukaMu Abadi (1969), Mata Pisau dan Aquarium
(1974). Sapardi juga menulis buku ilmiah, satu di antaranya Sosiologi Sastra,
Sebuah Pengantar Ringkas. (1978).
Para pengamat
menilai sajak-sajak Sapardi dekat dengan Tuhan dan kematian. “Pada Sapardi,
maut atau kematian dipandang sebagai bagian dari kehidupan; bersama kehidupan
itu pulalah maut tumbuh,” tulis Jakob Sumardjo dalam harian Pikiran Rakyat, 19
Juli 1984. Sebuah karya besar yang pernah ia buat adalah kumpulan sajak yang
berjudul Perahu Kertas dan memperoleh penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta
dan kumpulan sajak Sihir Hujan – yang ditulisnya ketika ia sedang sakit –
memperoleh Anugerah Puisi Poetra Malaysia. Kabarnya, hadiah sastra berupa uang
sejumlah Rp 6,3 juta saat memperoleh Anugerah Puisi Poetra Malaysia langsung
dibelanjakannya memborong buku. Selain itu ia pernah memperoleh penghargaan SEA
Write pada 1986 di Bangkok, Thailand.
Bekas anggota Dewan
Kesenian Jakarta (DKJ) ini juga menulis esei dan kritik. Sapardi, yang pernah
menjadi redaktur Basis dan kini bekerja di redaksi Horison, berpendapat, di
dalam karya sastra ada dua segi: tematik dan stilistik (gaya penulisan). Secara
gaya, katanya, sudah ada pembaruan di Indonesia. Tetapi di dalam tema, belum
banyak. Selain melahirkan puisi-puisi, Sapardi juga aktif menulis esai, kritik
sastra, artikel serta menerjemahkan berbagai karya sastra asing. Dengan
terjemahannya itu, Sapardi mempunyai kontribusi penting terhadap pengembangan
sastra di Tanah Air. Selain dia menjembatani karya asing kepada pembaca sastra,
ia patut dihargai sebagai orang yang melahirkan bentuk sastra baru. Sumbangsih
Sapardi juga cukup besar kepada budaya dan sastra, dengan melakukan penelitian,
menjadi narasumber dalam berbagai seminar dan aktif sebagai administrator dan
pengajar, serta menjadi dekan Fakultas Sastra UI periode 1995-1999. Dia menjadi
penggagas pengajaran mata kuliah Ilmu Budaya Dasar di fakultas sastra.
Beberapa
puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku
Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada
Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke
Barat di Waktu Pagi Hari.
Reorientasi :
Beberapa penghargaan dan hadiah sastra
diterima Sapardi Djoko Damono atas prestasinya dalam menulis puisi. Tahun 1963
ia mendapat Hadiah Majalah Basis atas puisinya "Ballada
Matinya Seorang Pemberontak"; tahun 1978 menerima penghargaan Cultural
Award dari Pemerintah Australia; tahun 1983 memperoleh hadiah Anugerah
Puisi-Puisi Putera II untuk bukunya Sihir Hujan dari Malaysia;
tahun 1984 mendapat hadiah dari Dewan Kesenian Jakarta atas bukunya yang
berjudul Perahu Kertas; tahun 1985 menerima Mataram Award; dan
tahun 1986 ia menerima hadiah SEA Write Award (Hadiah Sastra
Asean) dari Thailand. Sapardi juga mendapat Anugerah Seni dari Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1990. Dalam tahun 1996 ia memperoleh Kalyana
Kretya dari Menristek RI. Tahun 2003 Sapardi mendapat penghargaan The
Achmad Bakrie Award for Literature dan tahun 2004 Sapardi memperoleh
Khatulistiwa Award. Pada tahun 2012, Sapardi juga mendapat
penghargaan dari Akademi Jakarta.
Analisis
Kaidah Bahasa :
-
Sesuai kaidah bahasa (KBBI)
-
Bersifat Fakta
-
Pronomina
1.
Alur :
Maju
2.
Sudut Pandang : Orang
Ketiga
3.
Gaya Penulisan : Deskripsi Naratif
4.
Fokus : Hasil
Karya (Puisi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar